Profil Desa Mlaran
Ketahui informasi secara rinci Desa Mlaran mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Mlaran, Gebang, Purworejo. Mengupas potensi agraris dan geliat peternakan sapi sebagai pilar ekonomi yang terintegrasi, serta peran vital Sungai Jali dalam menopang kehidupan, irigasi pertanian, dan membentuk karakter khas masyarakat desa.
-
Sentra Peternakan Sapi
Dikenal sebagai salah satu pusat peternakan sapi potong yang signifikan di Kecamatan Gebang, dengan penerapan sistem integrasi tanaman-ternak yang efisien.
-
Kehidupan di Tepi Sungai
Keberadaan Sungai Jali menjadi urat nadi utama bagi irigasi pertanian, sekaligus membentuk karakter geografi dan menjadi tantangan hidrologis bagi desa.
-
Inovasi Pakan Ternak
Adanya kelompok tani ternak yang aktif mengembangkan pakan fermentasi (silase) menunjukkan semangat inovasi dan adaptasi untuk meningkatkan produktivitas peternakan.
Terletak di bagian utara Kecamatan Gebang, Desa Mlaran hidup dalam harmoni yang dinamis dengan alam di sekelilingnya. Dialiri oleh Sungai Jali yang menjadi urat nadi kehidupannya, desa ini tidak hanya mengandalkan kesuburan tanahnya untuk pertanian, tetapi juga telah berkembang menjadi salah satu sentra peternakan sapi yang patut diperhitungkan. Di Desa Mlaran, suara gemericik air irigasi dan lenguhan sapi di kandang menjadi simfoni sehari-hari yang menandakan perputaran roda ekonomi yang tangguh dan terintegrasi.Profil Desa Mlaran ialah sebuah gambaran tentang bagaimana masyarakat pedesaan secara cerdas mengawinkan dua sektor vital: pertanian dan peternakan. Sinergi ini bukan hanya menciptakan diversifikasi pendapatan, tetapi juga membangun sebuah sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan, di mana limbah dari satu sektor menjadi sumber daya bagi sektor lainnya. Dihadapkan pada berkah sekaligus tantangan dari sungai yang melintasinya, masyarakat Desa Mlaran menunjukkan resiliensi dan semangat inovasi yang kuat dalam mengelola potensi desanya.
Geografi Tepi Sungai dan Struktur Demografi
Secara geografis, karakter Desa Mlaran sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Jali yang melintasi atau menjadi batas wilayahnya. Sungai ini memberikan anugerah berupa dataran aluvial yang subur dan pasokan air yang melimpah untuk irigasi. Berdasarkan data administrasi, luas wilayah Desa Mlaran yaitu sekitar 124 hektar atau 1.24 km². Sebagian besar lahan merupakan sawah irigasi, tegalan dan area pemukiman yang tersebar di beberapa dusun.Adapun batas-batas wilayah Desa Mlaran secara administratif ialah:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Kalitengkek
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Seren
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Gintungan
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Bruno
Menurut data kependudukan terakhir yang dirilis pemerintah, jumlah penduduk di Desa Mlaran tercatat sekitar 2.150 jiwa. Dengan luas wilayah 1.24 km², maka tingkat kepadatan penduduknya berada di angka kurang lebih 1.734 jiwa per km². Komposisi penduduknya didominasi oleh mereka yang bekerja di sektor pertanian dan peternakan, menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada sumber daya alam yang tersedia di desa.
Peternakan Sapi sebagai Motor Ekonomi Kedua
Jika pertanian merupakan napas kehidupan, maka peternakan sapi ialah detak jantung ekonomi Desa Mlaran. Desa ini dikenal sebagai salah satu kantong populasi sapi potong yang cukup besar di Kecamatan Gebang. Hampir setiap rumah tangga petani memiliki beberapa ekor sapi yang dipelihara di kandang belakang rumah, menjadikannya sebagai tabungan hidup, investasi, dan sumber pendapatan penting di luar hasil panen.Keunggulan utama peternakan di Desa Mlaran terletak pada penerapan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT). Sistem ini merupakan praktik simbiosis mutualisme yang efisien. Limbah pertanian seperti jerami padi, batang jagung (tebon), dan pucuk tebu tidak dibuang, melainkan diolah menjadi pakan dasar bagi ternak. Sebaliknya, kotoran ternak (kohe) dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi untuk menyuburkan kembali lahan pertanian. Praktik ini secara signifikan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pakan komersial, sehingga menekan biaya produksi bagi petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.Inovasi lebih lanjut terlihat dari upaya beberapa Kelompok Tani Ternak (KTT) dalam mengembangkan pakan fermentasi atau silase. Dengan teknik ini, pakan hijauan dapat diawetkan dalam jumlah besar, memastikan ketersediaan pakan berkualitas sepanjang tahun, bahkan saat musim kemarau. "Dulu kalau musim kering kami kesulitan cari rumput. Sekarang dengan membuat silase dari jerami dan tebon jagung saat panen, pakan aman sampai musim hujan lagi. Bobot sapi juga lebih stabil," jelas seorang anggota kelompok tani ternak setempat. Semangat untuk belajar dan menerapkan teknologi sederhana ini menjadi kunci peningkatan produktivitas peternakan di Mlaran.
Pertanian: Penjaga Ketahanan Pangan yang Konsisten
Meskipun peternakan menjadi ikonnya, sektor pertanian tetap menjadi fondasi yang tidak tergoyahkan. Lahan sawah yang subur, berkat pasokan air dari Sungai Jali, menjadi andalan utama untuk produksi padi. Para petani di Desa Mlaran dengan giat mengolah sawah mereka, berkontribusi pada surplus beras di tingkat lokal dan regional. Aktivitas pertanian padi menjadi basis utama yang menyediakan bahan untuk pakan ternak, memperkuat model integrasi yang telah berjalan.Selain padi, di lahan tegalan atau sawah tadah hujan, para petani juga menanam berbagai komoditas palawija seperti jagung, singkong, dan kacang tanah. Jagung, khususnya, menjadi komoditas strategis karena tidak hanya bijinya yang dapat dijual, tetapi batang dan daunnya (tebon) merupakan bahan baku utama yang sangat baik untuk pakan ternak, baik diberikan secara segar maupun diolah menjadi silase. Pola tanam yang terencana ini menunjukkan pemahaman mendalam masyarakat terhadap ekosistem pertanian terpadu.
Dinamika Sosial dan Kehidupan Komunitas
Ritme kehidupan sosial di Desa Mlaran sangat dipengaruhi oleh dua siklus utama: siklus tanam-panen dan siklus pemeliharaan ternak. Interaksi warga seringkali terjadi di sawah, di kandang, atau saat mencari rumput. Semangat gotong royong atau sambatan masih sangat terasa, misalnya saat ada warga yang membangun kandang baru, memperbaiki saluran irigasi yang rusak, atau saat panen raya tiba.Kelompok Tani Ternak tidak hanya berfungsi sebagai lembaga ekonomi, tetapi juga sebagai lembaga sosial. Di dalam kelompok inilah para peternak berbagi informasi, saling membantu jika ada ternak yang sakit, dan bersama-sama menjual hasil ternak mereka untuk mendapatkan harga yang lebih baik. Momen-momen penting seperti perayaan Idul Adha menjadi puncak kegiatan ekonomi peternakan, di mana permintaan sapi kurban meningkat tajam.Lembaga desa lainnya seperti PKK dan Karang Taruna juga berjalan aktif, mengisi ruang-ruang sosial dengan kegiatan yang mendukung pembangunan desa. Masjid dan musala menjadi pusat kegiatan spiritual yang mempererat ikatan persaudaraan antarwarga, menciptakan komunitas yang solid dan harmonis.
Tantangan Hidrologis dan Peluang Pengembangan
Berkah dari Sungai Jali juga datang dengan tantangan. Sebagai desa yang berada di tepi sungai, Mlaran memiliki kerawanan terhadap bencana hidrologis, terutama banjir saat musim hujan mencapai puncaknya. Luapan air sungai dapat merendam area persawahan, merusak tanaman, dan mengancam infrastruktur desa seperti jalan dan jembatan. Mitigasi bencana menjadi agenda penting bagi pemerintah desa dan masyarakat.Di sektor peternakan, tantangan yang dihadapi antara lain adalah ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit ternak lainnya, fluktuasi harga daging di pasaran, serta kebutuhan akan peningkatan kualitas genetik ternak untuk menghasilkan bobot yang lebih optimal. Ketergantungan pada cuaca untuk penjemuran bahan pakan juga menjadi kendala yang coba diatasi melalui teknologi silase.Namun peluang pengembangan ke depan sangat terbuka. Desa Mlaran memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pembibitan sapi unggul di Purworejo. Peningkatan skala produksi pupuk organik dari kotoran ternak juga bisa menjadi unit usaha baru yang menjanjikan. Selain itu, pengembangan produk olahan daging seperti bakso, abon, atau sosis dalam skala UMKM dapat memberikan nilai tambah yang signifikan dibandingkan hanya menjual ternak hidup. Program penguatan tanggul sungai dan edukasi mitigasi bencana secara partisipatif juga perlu terus digalakkan untuk mengurangi risiko di masa depan.
Penutup
Desa Mlaran adalah representasi dari desa yang ulet dan adaptif. Dengan menjadikan Sungai Jali sebagai sahabat dan mengintegrasikan pertanian dengan peternakan secara cerdas, masyarakatnya telah membangun sebuah model ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. Semangat inovasi yang tecermin dari penerapan teknologi pakan sederhana menjadi bukti bahwa kemajuan dapat dicapai melalui kemauan untuk belajar dan bekerja sama. Ke depan, kemampuan Desa Mlaran dalam mengelola risiko hidrologis dan meningkatkan skala serta nilai tambah dari sektor peternakannya akan menjadi kunci untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.